Fenomena
mahasiswi yang menjadi pekerja
seks komersial atau biasa disebut
ayam kampus juga ditemukan di Kota
Makassar. Pada tahun 2005, peneliti
Balai Pelestarian Nilai Budaya
Makassar, Joni Lisungan, menemukan
sejumlah pengakuan dari ayam
kampus. Tidak semua mahasiswi yang
terjun menjadi ayam kampus karena
alasan kebutuhan ekonomi. Tapi
sebagian di antaranya mengaku
menjadi ayam kampus karena tidak
mampu menahan desakan biologisnya.
Dari sembilan mahasiswi yang
diwawancarai Joni, empat orang
mengaku tidak mampu menahan
keinginannya untuk melakukan
hubungan seksual. Apalagi, setelah
mengalami haid, gejolak yang mereka
rasakan sangat luar biasa.
"Mereka mengaku pusing jika tidak
melakukan hubungan seks," kata Joni
saat ditemui Tempo di rumahnya,
perumahan Mattoangin, Jalan
Cendrawasih, Makassar, Sabtu, 16
Februari 2013.
Mahasiswi yang menganggap seks
sebagai kebutuhan ini umumnya
adalah mahasiswa yang secara
ekonomi tergolong mapan. Mereka
mengaku pertama kali melakukan
hubungan seks bersama pacarnya.
Karena sering ditinggal pacar atau
putus, mahasiswi ini lantas mencari
pria lain demi memenuhi kebutuhan
seksualnya.
Dan lambat laun, jadilah mereka
mahasiswi yang bisa dipakai oleh
pria hidung belang. "Istilah mereka,
laiknya angkutan umum. Daripada lari
kosong, alangkah baiknya melakukan
hubungan seks sambil mendapatkan
uang," kata Joni.
Selama melakukan penelitian, Joni
tidak menemukan ada mahasiswi
yang masih perawan lantas menjadi
ayam kampus. Sebab, sebelum
menjadi ayam kampus, mereka sudah
melakukan hubungan seksual dengan
teman prianya. "Mereka tidak
menjual keperawanannya," kata Joni.
Menurut Joni, hingga saat ini, ayam
kampus masih ada dan kemungkinan
di Kota Makassar semakin banyak
jumlahnya. Mereka tersebar di
sejumlah kampus di Kota Makassar.
Baik kampus negeri, swasta, atau
bahkan kampus yang kental dengan
ajaran agama. "Ada juga ayam
kampus dari sekolah perawat,"
katanya.
Jika tidak diberi tahu, masyarakat
awam tidak bisa langsung menebak
ciri dari ayam kampus. Sebab,
mereka umumnya berperilaku sopan
dan baik kepada orang lain.
Kelihatannya lugu, bahkan sangat
menjaga citranya sebagai seorang
mahasiswi.
"Sehingga untuk mendapatkan ayam
kampus, pelanggan harus
menggunakan perantara," kata Joni.
Tarif yang diberlakukan ayam
kampus di Makassar bervariasi.
Mulai dari Rp 1,5 juta hingga Rp 4,5
juta untuk tarif short time. "Jika
ada yang memberi harga di bawah
satu juta, berarti prianya sedang
beruntung. Karena biasanya si ayam
kampus sedang kesulitan uang
sehingga mau menerima bayaran
murah," kata Joni.
Mengapa ayam kampus lebih mahal
daripada pekerja seks komersial
yang terlokalisasi ? Menurut Joni,
ayam kampus sangat berhati hati
dalam melayani pelanggannya. Ayam
kampus tidak mau melakukan
hubungan seksual jika sedang
mengalami haid. Meski dibayar Rp 10
juta, mereka juga tidak asal-asalan
memilih pria.
Menurut Joni, munculnya sistem
pelacuran karena sistem di
masyarakat yang sangat
memungkinkan fenomena ini terjadi.
Banyak mahasiswi yang salah dalam
memilih teman. Kekerabatan juga
sudah mulai luntur. Sebab,
antarkeluarga tidak ada lagi yang
mau saling memperingatkan.
Hubungan antartetangga juga sudah
sangat renggang. "Norma
masyarakat sudah bergeser," kata
Joni, yang sekarang aktif mengajar
paduan suara di gereja. Dalam
penelitiannya, Joni juga menemukan
siswi SMP dan SMA yang sudah
melacurkan diri.
Blog, Updated at: 6.4.13
0 comments:
Post a Comment